
UGM-Kemenristak kembangkan pompa air bertenaga surya (Foto: dok. UGM)
Sebagai salah satu daerah sulit air, Dusun Sureng, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul setiap warga harus berjalan kaki 2,5 kilometer untuk mandi dan mengangkut air buat minum. Untuk mengatasinya, pemerintah setempat pun membangun instalasi pompa air di sumber mata air tersebut.
Agar dapat mengaliri air ke bak penampung yang dibangun di atas bukit, pompa air tersebut menggunakan mesin diesel. "Baru akhir tahun lalu air sudah mengalir ke masyarakat lewat bak penampung," kata Kepala Dusun Sureng, Suratman seperti dilansir dari laman UGM, Senin (9/4/2012).
Karena operasional menghidupkan pompa air dikelola secara swadaya, perangkat dusun menarik iuran Rp1.000 per 50 liter air bagi penduduk yang mengambil air di bak penampung. Dana tersebut digunakan pengurus untuk membeli bahan bakar genset agar dua pompa bisa dinyalakan tiap hari.
"Sebenarnya harga membeli air ini sama saja seperti membeli air dari mobil tangki," ujar Suratman menambahkan.
Menanggapi kondisi tersebut, Kemenristek menggandeng UGM untuk menerapkan program sistem inovasi daerah (SIDA), yakni diseminasi teknologi berdasarkan kebutuhan masyarakat. "Dalam SIDA, teknologi yang digunakan sudah terbukti keandalannya dan dapat diterapkan di lokasi sesuai kondisi," kata Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kemenristek, Momon Sadiyatmo.
Salah satu peneliti UGM Ahmad Agus Setyawan menegaskan, pihaknya akan membantu mengatasi persoalan mahalnya biaya pemenuhan kebutuhan air yang dihadapi masyarakat Tepus. Bahkan tim peneliti bersama dengan mahasiswa program KKN PPM UGM mencoba menerapkan teknologi pengangkatan air dengan sistem pompa air menggunakan tenaga surya.
"Teknologi ini bisa digunakan di daerah terpencil. Mudah dalam instalasi dan perawatan, dan sudah banyak diterapkan di dunia," tutur Agus.
Selain ramah lingkungan, teknologi pompa air tenaga surya ini memiliki biaya operasional cukup rendah. Tidak hanya itu, penerapan pompa air tenaga surya juga bertujuan memasyarakatkan teknologi di kalangan masyarakat terpencil.
Berdasarkan hasil pengamatan Agus, tingkat radiasi matahari di Dusun Sureng berkisar 5,66 kWh/m2/hari. Sedangkan letak sumber air berada dua kilometer dari jaringan istrik terdekat. Adapun pengangkatan air lewat pompa diesel hanya mampu melayani 36,5 persen dari seluruh kebutuhan air yang diperlukan 952 Kepala Keluarga.
"Biaya operasional pompa diesel cukup besar, yakni Rp80 ribu per hari. Kami harapkan dengan panel surya tidak ada biaya yang dibebankan ke warga," ungkapnya
sumber
0 komentar:
Posting Komentar